Karbon Indonesia Bersiap Meroket: Strategi Rahasia Terungkap!

Bursa Karbon Indonesia: Perdagangan Aktif dan Potensi Besar

Sejak diluncurkan pada 26 September 2023, Bursa Karbon Indonesia (IDXCarbon) telah menunjukkan aktivitas perdagangan yang signifikan. Hal ini dibuktikan dengan pencatatan proyek-proyek pengurangan emisi yang telah diverifikasi dan terdaftar dalam Sistem Registri Nasional Pengendalian Perubahan Iklim.

IDXCarbon bercita-cita menjadi pusat perdagangan karbon global di Asia dan dunia. Untuk mewujudkannya, bursa ini berupaya mendorong permintaan dan penawaran karbon dari dalam dan luar negeri.

Potensi perdagangan karbon sangat besar, namun membutuhkan permintaan dan penawaran yang kuat. Pada 23 Oktober 2023, proyek Pembangunan Pembangkit Listrik Baru Berbahan Bakar Gas Bumi PLTGU Blok 3 PJB Muara Karang dicatatkan di IDXCarbon.

Selain itu, SPE GRK atas proyek Geothermal PT Pertamina Geothermal Energy Tbk di Lahendong mencatatkan 864.209 tonCO2e, sementara PLTM Gunung Wugul mencatatkan 12.932 tonCO2e unit karbon.

Selama periode 26 September 2023 - 7 Agustus 2024, total nilai perdagangan di IDXCarbon mencapai Rp37,03 miliar dengan volume perdagangan 613,541 tCo2e.

Dalam sebelas bulan pertama, tiga proyek SPE-GRK telah dicatatkan di IDXCarbon, termasuk Lahendong Unit 5 & 6 PT Pertamina Geothermal Energy Tbk yang menjadi proyek pioner sejak peluncuran bursa.

SPE-GRK (Sertifikat Pengurangan Emisi - Gas Rumah Kaca) merupakan bukti pengurangan emisi yang dapat diperdagangkan sebagai kredit karbon.

Untuk menciptakan pasar karbon yang kuat dan bertumbuh, diperlukan pengembangan pasar domestik dan internasional. Strategi jangka pendek dan panjang sangat penting agar Indonesia tidak kehilangan momentum yang telah dimulai dengan peluncuran IDXCarbon.